Orang belanda
datang ke indonesia bukan untuk menjajah melainkan untuk berdagang. Mereka di
motifasi oleh hasrat untuk mengeruk keuntungan yang sebesar-besarnya, sekalipun
harus mengarungi laut yang berbahaya sejauh ribuan kilometer dalam kapal layar
kecil untuk mengambil rempah-rempah dari indonesia. Namun pedagang itu merasa
perlunya memiliki tempat yang permanen di daratan dari pada berdagang dari
kapal yang berlabuh di laut. Kantor dagang itu kemudian mereka perkuat dan
persenjatai dan menjadi benteng yang akhirnya menjadi landasan untuk menguasai
daerah di sekitarnya. Lambat laun kantor dagang itu beralih dari pusat
komersial menjadi basis politik dan teritorial. Setelah peperangan kolonial
yang banyak akhirnya indonesia jatuh seluruhnya di bawah pemerintahan belanda.
Namun penguasaan daerah jajahan ini baru selesai pada permulaan abad ke 20.
Metode
kolonialisasi belanda sangat sederhana. Mereka mempertahankan raja-raja yang
berkuasa dan menjalankan pemerintahan melalui raja-raja itu akan tetapi
menuntut monopoli hak berdagang dan eksploitasi sumber-sumber alam. Adat
istiadat dan kebudayaan asli dibiarkan tanpa perubahan aristokrasi tradisional
digunakan oleh belanda untuk memerintah negri ini dengan cara efisien dan
murah. Oleh sebab belanda tidak mencampuri kehidupan orang Indonesia secara
langsung, maka sangat sedikit yang mereka perbuat untuk pendidikan bangsa.
Kecuali usaha menyebarkan agama mereka di beberapa pulau di bagian timur
Indonesia. Kegian pendidikan pertama yang dilakukan VOC.
Pada
permulaan abad ke 16 hampir se abad sebelum kedatangan belanda, pedagang
portugis menetap di bagian timur Indonesia tempat rempah-rempah itu di
hasilkan. Biasanya mereka didampingi oleh misionaris yang memasukkan penduduk
kedalam agama katolik yang paling berhasil tiantara mereka adalah Ordo Jesuit
di bawah pimpinan Feranciscus Xaverius. Xaverius memandang pendidikan sebagai
alat yang ampuh untuk penyebaran agama. Seminari dibuka di ternate, kemudian di
solor dan pendidikan agama yang lebih tinggi dapat diperoleh di Goa, India,
pusat kekuasaan portugis saat itu. Bahasa portugis hamper sama populernya
dengan bahasa melayu, kedudukan yang tak kunjung di capai oleh bahasa Belanda
dalam waktu 350 tahun penjajahan kekuasaan portugis melemah akibat peperangan
denngan raja-raja Indonesia dan akhirnya dilenyapkan oleh belanda pada tahun
1605.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar